Sabtu, 12 September 2015

Teks Eksplanasi Individu "Hujan Darah"


Hujan Darah

Hujan berwarna merah adalah fenomena yang diamati secara sporadis di negara bagian Kerala, India. Hujan ini turun di daerah yang terbatas dan biasanya hanya berlangsung selama 20 menit. Penduduk setempat menemukan pakaian mereka yang dijemur menjadi merah seperti darah. Penduduk juga melaporkan adanya ledakan dan hujan rintik-rintik sebelum ledakan tersebut. Ledakan yang diduga berasal dari sebuah meteor. Hujan kuning dan hujan hitam juga dilaporkan sempat turun. Di saat hujan reda, dedaunan terlihat terbakar.
Fotomikrograf yang menunjukkan lumut kerak trentepohlia dengan haematokrom di dalamnya. Ini adalah sampel yang diambil dari distrik Kottayam. Tim peneliti menemukan bahwa hampir semua pohon, batuan bahkan tiang listrik ditempeli dengan lumut kerak trentepohlia.
Dr. Godfrey Louis, fisikawan dari Universitas Mahatma Ghandi, Kerala. Pada akhirnya tiba pada kesimpulan jika penyebab hujan merah ini ekstrateresterial. Menurut Dr. Godfrey Louis alasannya adalah karena partikel merah itu hampir tampak biologis dan mirip sel, walaupun tidak memiliki DNA.
Penjelasan yang lebih alami mungkin berasal dari perbandingan hujan sejenis. Di Hiroshima, pernah turun hujan hitam. Hujan berwarna hitam ini jelas berasal dari debu radioaktif akibat jatuhnya bom atom yang terjadi saat itu.
Namun, berdasarkan klaim Dr. Godfrey Louis, hujan ini memiliki sampel yang jelas biologis. Ia mengajukan penjelasan yang berbasis pada teori panspermia, yaitu kehidupan yang berasal dari komet atau mungkin asteroid. Asteroid pembawa agen biologis tersebut mengalami kontak di atmosfer bumi dan kebetulan jatuh di atas Kerala. Hal ini didukung oleh pengamatan adanya suara ledakan sebelum hujan tersebut turun.
Hasil penelitian Dr. Godfrey Louis mengungkapkan apabila zat padat berwarna merah kecoklatan dari hujan merah ini terdiri dari 90% partikel merah bulat. Partikel dalam suspensi air hujan ini menyebabkan warna merah tersebut. Terdapat juga partikel putih dan kuning cerah, abu abu kebiruan dan hijau.  Partikel ini berdiameter antara 4 hingga 10 mikron dan berbentuk bola atau oval. Citra mikroskop elektron mengungkapkan kalau partikel ini memiliki bagian tengah yang cekung, mirip dengan sel darah merah. Pencitraan yang lebih detil menunjukkan struktur dalam yang cukup rumit.
Jadi memang hujan ini biologis, tapi kehidupan luar bumi bukanlah satu-satunya penjelasan. Departemen Sains dan Teknologi India bekerja sama dengan Pusat Studi Sains Kebumian dan Lembaga Penelitian dan Kebun Raya membuat penelitian gabungan dan kesimpulan mereka adalah warna ini disebabkan adanya sejumlah besar spora ganggang pembentuk lumut kerak milik genus trentepohlia. Pemeriksaan menunjukkan kalau di daerah kejadian memang banyak tumbuh lumut kerak demikian. Sampel lumut kerak yang diambil dari Changanacherry, saat dibiakkan dalam medium ganggang, juga menunjukkan keberadaan spesies ganggang yang sama. Kedua sampel (dari air hujan dan dari pohon) menghasilkan jenis ganggang yang sama, dan ini menunjukkan kalau spora yang terlihat dalam air hujan paling mungkin berasal dari daerah lokal.
Masih ada penjelasan lain. Ilmuan k.k. Sasidharan Pillai, dari Departemen Meteorologi India, mengajukan penjelasan kalau hujan tersebut membawa debu dan materi asam dari letusan gunung berapi Mayon di Philipina. Teorinya di dukung bukti adanya dedaunan yang terbakar setelah hujan turun.
Tapi dukungan kemudian muncul pada pihak Godfrey. Patrick Mccafferty melakukan pendekatan lain yaitu pendekatan historik. Ia menjelajah catatan sejarah mengenai adanya fenomena hujan berwarna dan turunnya meteor. Ia menemukan apabila 60 kejadian (36%) terkait dengan aktivitas meteor atau komet. Namun hubungan ini tidak selalu signifikan. Kadang hujan merah turun setelah ledakan meteor di udara, kadang hujan turun hanya dalam tahun yang sama dengan munculnya komet.
Disamping itu, Godfrey bersama ahli astrobiologi, Santhosh  Kumar, melakukan penelitian lanjutan. Kesimpulan dalam penelitiannya mengatakan bahwa sel merah yang ditemukan dalam hujan merah di Kerala, India mungkin disebabkan bentuk kehidupan luar bumi. Sel ini mengalami replikasi cepat bahkan pada suhu sangat tinggi yaitu 3000C. Mereka juga dapat dibiakkan dalam beraneka substrat kimia yang tidak biasa. Walau begitu, komposisi molekul dari sel-sel ini masih belum dapat ditentukan.
Namun, fakta-fakta ilmiah yang ada sekarang tampaknya lebih kuat pada teori spora lumut kerak. Namun, dapat pula yang benar adalah teori panspermia, letusan gunung berapi, teori debu gurun, atau yang lainnya. Belum ada kepastian dari para ilmuan mengenai fenomena alam hujan darah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar