Hujan Darah
Hujan berwarna merah adalah fenomena yang diamati
secara sporadis di negara bagian Kerala, India. Hujan ini turun di daerah yang terbatas
dan biasanya hanya berlangsung selama 20 menit. Penduduk setempat menemukan
pakaian mereka yang dijemur menjadi merah seperti darah. Penduduk juga
melaporkan adanya ledakan dan hujan rintik-rintik sebelum ledakan tersebut.
Ledakan yang diduga berasal dari sebuah meteor. Hujan kuning dan hujan hitam
juga dilaporkan sempat turun. Di saat hujan reda, dedaunan terlihat terbakar.
Fotomikrograf yang menunjukkan lumut kerak trentepohlia dengan haematokrom di dalamnya. Ini adalah sampel yang diambil dari
distrik Kottayam. Tim peneliti menemukan bahwa hampir semua pohon, batuan bahkan
tiang listrik ditempeli dengan lumut kerak trentepohlia.
Dr. Godfrey Louis, fisikawan dari Universitas Mahatma
Ghandi, Kerala. Pada akhirnya tiba pada kesimpulan jika penyebab hujan merah
ini ekstrateresterial. Menurut Dr. Godfrey Louis alasannya adalah karena
partikel merah itu hampir tampak biologis dan mirip sel, walaupun tidak
memiliki DNA.
Penjelasan yang lebih alami mungkin berasal dari perbandingan
hujan sejenis. Di Hiroshima, pernah turun hujan hitam. Hujan berwarna hitam ini
jelas berasal dari debu radioaktif akibat jatuhnya bom atom yang terjadi saat
itu.
Namun, berdasarkan klaim Dr. Godfrey Louis, hujan ini
memiliki sampel yang jelas biologis. Ia mengajukan penjelasan yang berbasis
pada teori panspermia, yaitu kehidupan
yang berasal dari komet atau
mungkin asteroid. Asteroid pembawa agen biologis tersebut mengalami kontak di
atmosfer bumi dan kebetulan jatuh di atas Kerala. Hal ini didukung oleh
pengamatan adanya suara ledakan sebelum hujan tersebut turun.
Hasil penelitian Dr. Godfrey Louis mengungkapkan
apabila zat padat berwarna merah kecoklatan dari hujan merah ini terdiri dari
90% partikel merah bulat. Partikel dalam suspensi air hujan ini menyebabkan
warna merah tersebut. Terdapat juga partikel putih dan kuning cerah, abu abu
kebiruan dan hijau. Partikel ini berdiameter antara 4 hingga 10 mikron
dan berbentuk bola atau oval. Citra mikroskop elektron mengungkapkan kalau
partikel ini memiliki bagian tengah yang cekung, mirip dengan sel darah merah.
Pencitraan yang lebih detil menunjukkan struktur dalam yang cukup rumit.
Jadi memang hujan ini biologis, tapi kehidupan luar
bumi bukanlah satu-satunya penjelasan. Departemen Sains dan Teknologi India bekerja
sama dengan Pusat Studi Sains Kebumian dan Lembaga Penelitian dan Kebun Raya
membuat penelitian gabungan dan kesimpulan mereka adalah warna ini disebabkan
adanya sejumlah besar spora ganggang pembentuk lumut kerak milik genus trentepohlia. Pemeriksaan menunjukkan
kalau di daerah kejadian memang banyak tumbuh lumut kerak demikian. Sampel
lumut kerak yang diambil dari Changanacherry, saat dibiakkan dalam medium
ganggang, juga menunjukkan keberadaan spesies ganggang yang sama. Kedua sampel
(dari air hujan dan dari pohon) menghasilkan jenis ganggang yang sama, dan ini
menunjukkan kalau spora yang terlihat dalam air hujan paling mungkin berasal
dari daerah lokal.
Masih ada penjelasan lain. Ilmuan k.k. Sasidharan
Pillai, dari Departemen Meteorologi India, mengajukan penjelasan kalau hujan
tersebut membawa debu dan materi asam dari letusan gunung berapi Mayon di Philipina.
Teorinya di dukung bukti adanya dedaunan yang terbakar setelah hujan turun.
Tapi dukungan kemudian muncul pada pihak Godfrey.
Patrick Mccafferty melakukan pendekatan lain yaitu pendekatan historik. Ia
menjelajah catatan sejarah mengenai adanya fenomena hujan berwarna dan turunnya
meteor. Ia menemukan apabila 60 kejadian (36%) terkait dengan aktivitas meteor
atau komet. Namun hubungan ini tidak selalu signifikan. Kadang hujan merah
turun setelah ledakan meteor di udara, kadang hujan turun hanya dalam tahun
yang sama dengan munculnya komet.
Disamping itu, Godfrey bersama ahli astrobiologi,
Santhosh Kumar, melakukan penelitian lanjutan. Kesimpulan dalam
penelitiannya mengatakan bahwa sel merah yang ditemukan dalam hujan merah di
Kerala, India mungkin disebabkan bentuk kehidupan luar bumi. Sel ini mengalami
replikasi cepat bahkan pada suhu sangat tinggi yaitu 3000C. Mereka
juga dapat dibiakkan dalam beraneka substrat kimia yang tidak biasa. Walau
begitu, komposisi molekul dari sel-sel ini masih belum dapat ditentukan.
Namun, fakta-fakta ilmiah yang ada sekarang tampaknya
lebih kuat pada teori spora lumut kerak. Namun, dapat pula yang benar adalah
teori panspermia, letusan gunung berapi, teori debu gurun, atau yang lainnya.
Belum ada kepastian dari para ilmuan mengenai fenomena alam hujan darah
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar